PEMUDA DALAM GBK
Transformasi SDM melalui Peran
Pemuda dalam Gerakan Berbasis Komunitas
Oleh: Arina Rohmatul H.
Berkenaan dengan tema "Dari
Keunggulan Sumber Daya Alam menuju Keunggulan Sumber Daya Manusia" yang
terkandung dalam pesan (artikel) berjudul "Titik Cerah dalam Transformasi
SDM Kita" di www.darwinsaleh.com,
saya berpandangan bahwa saya setuju dengan pendapat yang dikemukakan dalam
artikel tersebut tentang diperlukannya pelatihan lebih terhadap tenaga kerja
Indonesia. Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa mereka telah menjadi
pahlawan devisa bagi negara ini. Untuk itu, selain demi kepentingan ekonomi
bangsa, pelatihan tersebut tentunya bisa difungsikan sebagai sarana untuk
menjamin kehidupan para TKI menjadi lebih baik. Namun yang perlu ditekankan di
sini adalah saya ingin menawarkan solusi yang berbeda dalam membahas mengenai
tema di atas. Jadi kalau dalam artikel "Titik Cerah dalam Transformasi SDM
Kita" lebih dititikberatkan pada peningkatan kualitas para TKI, maka di
sini saya lebih tertarik untuk membahas tentang peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui peran pemuda dalam “Gerakan Berbasis Komunitas”.
Alasan saya memilih “Gerakan
Berbasis Komunitas” ini dilandasi pada beberapa pemikiran. Pertama,
komunitas adalah bentuk yang sangat relevan untuk melakukan pergerakan dengan
adanya kesamaan visi, minat, hobi, atau bakat di antara para anggotanya.
Memiliki persamaan yang terkumpul menjadi satu dalam suatu komunitas tertentu,
akan menciptakan komunikasi yang efektif pada komunitas tersebut. Anggota yang
tergabung di dalamnya akan lebih tertarik untuk melakukan kegiatan-kegiatan
yang mengarah pada visi, minat, hobi, atau bakat mereka. Apalagi dilakukan dengan
berkelompok. Ketika seseorang berada dalam suatu kelompok yang memiliki
kesamaan dengan dirinya, maka orang itu akan memiliki keberanian lebih untuk
bertindak, daripada dia harus bergerak sendiri. Dengan begitu, bisa dimengerti
tentang bagaimana peran dari suatu komunitas untuk membuat anggotanya melakukan
aksi secara maksimal.
Kedua, “Gerakan Berbasis Komunitas” ini juga merujuk pada pendapat dari Anthony
Giddens dalam bukunya The Third Way "Jalan Ketiga Pembaruan Demokrasi
Sosial". Pada buku tersebut dia munuturkan bahwa dalam Politik "Jalan
Ketiga", kebebasan bagi para demokrat sosial hendaknya berarti otonomi
atas tindakan yang dilakukan, yang selanjutnya menuntut keterlibatan komunitas
sosial yang lebih luas[1].
Apa yang dikatakan oleh Giddens
di atas didasarkan pada pemahaman bahwa kita tidak bisa sepenuhnya
menggantungkan nasib bangsa hanya dengan campur tangan pemerintah saja. Suksesi
negara akan bisa terwujud bila semua pihak ikut berpartisipasi di dalamnya. Dan
salah satu pihak itu adalah melalui komunitas sosial. Sehingga, selain karena
bentuk dari komunitas yang sangat relevan dalam melakukan pergerakan, komunitas
di sini juga berperan sebagai tangan kanan pemerintah untuk bisa menjalankan
program yang belum berjalan secara maksimal. Seperti misalnya, dengan adanya
komunitas pecinta lingkungan, maka program pemerintah di bidang lingkungan yang
belum berjalan secara maksimal, bisa dilanjutkan atau bahkan dibuat dengan
format yang berbeda oleh komunitas tersebut. Tentunya tetap dengan tujuan yang sama
yaitu menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat.
Ketiga, komunitas bisa memberikan manfaat ganda, yaitu untuk anggota dari komunitas
itu sendiri dan juga bagi objek yang menjadi sasarannya. Manfaat ganda tersebut
salah satunya bisa didapat dari komunitas yang bergerak dalam kegiatan sosial,
seperti memberi pengajaran terhadap orang-orang yang membutuhkan. Anggota dalam
komunitas itu akan senantiasa meningkatkan kemampuannya agar bisa memberikan
pengajaran yang lebih, sedangkan objek yang menjadi sasarannya akan mendapat
ilmu dari apa yang diajarkan.
Dalam menjelaskan hal ini, saya
memberi contoh yaitu Program Rumah IYA (Indonesia Youth in Action). Komunitas
ini bergerak dalam kegiatan sosial untuk memberikan pengajaran bagi anak-anak
difabel, khususnya penderita tuna rungu. Saya pernah ikut dalam kegiatan
tersebut, walau hanya sebentar. Para anggota di komunitas itu memiliki hobi dan
bakat di beberapa bidang, seperti komputer, fotografi, modeling, dan
juga menjahit. Sehingga anggota yang memiliki kesamaan bakat tersebut akan
mengajar anak- anak tuna rungu yang tertarik dengan hobi atau bakat mereka.
Langkah yang ditempuh oleh
Program Rumah IYA tersebut dinilai cukup efektif. Karena bakat atau hobi yang
dimiliki oleh para anggotanya bisa disalurkan terhadap lingkungan sosial di
sekitar mereka. Hal ini menunjukkan bahwa hobi atau bakat yang kita miliki
tidak seharusnya hanya dinikmati keuntungannya oleh diri kita sendiri. Akan
sangat lebih baik bila semua itu bisa dibagi dan memberikan manfaat bagi orang
lain yang membutuhkan, sehingga mereka tidak perlu takut lagi untuk bermimpi
dan meraih impiannya.
Selain Program Rumah IYA, contoh
yang dapat menjelaskan mengenai manfaat ganda dengan membentuk sebuah komunitas
adalah Komunitas Sepeda Gunung Cihuni Bike Community. Menurut Taufik, salah
satu penggagas adanya komunitas ini, pihaknya bersama teman-teman lain yang
sudah lama bergelut di dunia sepeda, tidak hanya ingin menjadikan hobi mereka
berhenti sampai di kegiatan itu-itu saja. Mereka ingin menjadikan komunitas ini
lebih bermanfaat bagi kalangan sekitar dengan menggelar kegiatan sosial.
Sehingga kegiatan sosial seperti santunan anak yatim dan bakti sosial secara
rutin mereka laksanakan[2].
Manfaat yang didapat oleh anggota
Komunitas Sepeda Gunung Cihuni Bike Community dengan melakukan kegiatan sosial
tersebut adalah kepuasan dan kebanggaan. Kepuasan karena bisa memberi
kontribusi dalam mencetak generasi-generasi penerus yang berkualitas dan juga
bangga bisa ikut membantu mengurangi beban orang-orang yang membutuhkan. Bentuk
dari manfaat ini memang tidak bisa diwujudkan dengan materi. Namun rasa puas
dan bangga karena telah menjadi orang yang berguna untuk orang lain, tidak akan
pernah bisa tergantikan oleh apapun. Yang bisa menggantikan hanyalah ketika
melihat mereka sukses dan bahagia. Itu sudah lebih dari cukup.
Sedangkan manfaat yang didapat
oleh objek sasaran dari komunitas sepeda tersebut tentunya adalah bisa
meringankan beban ekonomi yang dimiliki. Selain itu, kegiatan sosial itu juga
bisa meningkatkan semangat hidup yang lebih tinggi untuk mereka. Karena mereka
akan beranggapan bahwa ternyata masih ada yang peduli dan mau untuk memberikan
sebagian hartanya demi membantu kehidupan mereka.
Contoh manfaat ganda yang lain
adalah adanya Komunitas Pemburu Hama Bajing asal Kediri. Awalnya, anggota dari
komunitas ini adalah pemburu burung. Namun, setelah terbit perda larangan
berburu burung di Kabupaten Kediri, mereka tidak lagi berani menyalurkan
hobinya. Kemudian mereka mencari solusi agar bagaimana caranya menyalurkan
hobi, tetapi tetap bermanfaat bagi masyarakat. Akhirnya ketemulah bajing alias
tupai sebagai sasaran. Sebab, hewan pengerat itu dianggap sebagai hama,
terutama bagi para petani kelapa[3].
Sehingga, manfaat ganda yang
didapat dari adanya komunitas ini adalah yang pertama, bagi anggota dari
komunitas itu sendiri. Hobi berburu mereka bisa tersalurkan. Kemudian yang
kedua adalah bagi lingkungan alam dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Bisa
dikatakan bahwa hobi berburu dari anggota Komunitas Pemburu Hama Bajing
tersebut mempunyai manfaat ganda baik untuk internal maupun eksternal mereka.
Berangkat dari beberapa alasan
serta contoh di atas, saya yakin, ketika sekelompok orang yang membentuk sebuah
komunitas tertentu, mereka tidak hanya akan berorientasi untuk memikirkan cara
agar visi, minat, hobi, atau bakat mereka tersalurkan. Namun pastinya ada
rencana juga untuk bagaimana caranya, kesamaan bakat, hobi, minat, atau visi
yang mereka miliki, bisa berguna bagi alam maupun masyarakat di sekitarnya.
Untuk itu, tidak akan sia-sia apabila banyak terbentuk komunitas di
tengah-tengah masyarakat. Karena secara tidak langsung, komunitas itu adalah
wujud kepedulian dari para anggota yang ada di dalamnya untuk bangsa dan
negara.
Selain berbicara tentang peran
dari terbentuknya sebuah komunitas, di awal saya sudah menjelaskan bahwa
“Gerakan Berbasis Komunitas” ini perlu melibatkan peran pemuda di dalamnya. Hal
ini didasarkan pada pemikiran tentang idealisme serta semangat dari pemuda yang
begitu tinggi. Ketika seorang pemuda memiliki kemauan yang besar terhadap
sesuatu, maka bagaimanapun caranya, dia akan berusaha menggapai apa yang
diinginkannya tersebut. Bahkan wejangan dari orang tua terkadang tidak
dihiraukan. Sehingga dengan idealisme serta semangat itulah, pemuda memiliki
peran sebagai iron stock dan juga agen of change, yang
menyebabkan mereka dijadikan sebagai tumpuan bangsa untuk membawa perubahan
bagi negara ini.
Kita tentu ingat dan tahu
bagaimana peristiwa tahun 1998. Para pemuda yang memiliki ambisi besar untuk
menggaungkan semangat reformasi, terbukti mampu menggulingkan tirani
pemerintahan Soeharto selama 32 tahun. Mereka tidak sedikit pun takut atau
gentar untuk berteriak dengan lantang menuntut Soeharto agar turun dari
jabatannya, menduduki Gedung DPR selama 6 jam, dan bahkan rela mengorbankan
nyawanya di hadapan senapan tajam para anggota TNI.
Oleh sebab itu, dengan idealisme
tinggi yang dimiliki oleh para pemuda, akan sangat berguna bila ditempatkan
pada wadah yang tepat. Percuma memiliki semangat tinggi namun tidak punya
tempat untuk menyalurkannya. Sebenarnya ada banyak ruang untuk mereka bisa
menyalurkan ide ataupun melakukan aksi sosialnya. Seperti dengan menulis
artikel di media massa, melakukan demo, aktif dalam organisasi kemahasiswaan
atau lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan tidak terkecuali adalah dengan
membentuk komunitas.
Dengan demikian, bila peran dari
komunitas serta peran yang dimiliki oleh pemuda disatukan melalui “Gerakan
Berbasis Komunitas”, saya yakin, kualitas sumber daya manusia yang ada di
negara ini akan semakin meningkat. Para pemuda yang memiliki kesamaan visi,
minat, hobi, atau bakat disatukan dalam suatu komunitas tertentu, sehingga
semangat perubahan dalam diri mereka akan memiliki wadah atau alat yang tepat untuk
menyalurkannya. Mereka bisa melakukan berbagai kegiatan sosial dengan segala
bentuknya, guna memberikan dampak positif tidak hanya bagi dirinya sendiri,
tapi juga untuk alam dan masyarakat.
Meningkatkan kepedulian pada
sekitar tidak akan menjadikan kita rugi. Justru keuntunganlah yang akan selalu
kita dapatkan. Keuntungan untuk alam, diri kita sendiri, maupun bagi orang
lain. Oleh karena itu, semoga saja sumber daya alam di Indonesia bisa lebih
unggul dengan titik tolak peningkatan sumber daya manusia melalui peran pemuda
dalam “Gerakan Berbasis Komunitas” ini. Amin. Semangat perubahan.
[1] Giddens,
Anthony, The Third Way: Jalan Ketiga Pembaruan Demokrasi Sosial, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999.
[2] Diakses dari https://m.facebook.com/note.php?note_id=10150337235261717, pada tanggal 14 Januari 2014 pukul 15.34 WIB.
[3] Radar Kediri edisi Sabtu 25 Januari 2014 hlm. 39.
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan”.
3 komentar:
Mohon dikirimkan file tulisannya ke email kaummudabicaraindonesia@gmail.com
Bagus dek..
Semoga menang ya....
bagus artikelnya mbak, kunjungi balik artikelku ya. klik disini untuk membaca.
Posting Komentar