Minggu, 01 Desember 2013


Solo Spirit of Java
Oleh: Arina Rohmatul H.

Memasuki tahun ketiga di Kota Bengawan, sejujurnya baru satu event yang berhasil kuikuti. Event itu adalah SIPA (Solo International Parade Art). Selain SIPA, sebenarnya aku sangat tertarik untuk mengikuti event-event budaya yang lain seperti SBC (Solo Batik Carnival), ataupun berbagai kegiatan keraton ketika hari-hari besar islam.  Namun sayangnya, ketika event itu dilaksanakan, ada suatu kepentingan yang membuatku tidak bisa untuk mengikutinya.
Tapi tak apalah. Dengan melihat SIPA, setidaknya sudah membuatku bangga dengan rumah keduaku ini. Dari event tersebut aku bisa menyaksikan bagaimana budaya-budaya yang ada di negeri ini tidak kalah dengan budaya negara lain, bahkan lebih mengagumkan. Budaya-budaya itu disatukan dalam satu panggung di sebuah mahakarya budaya yang tak bisa untuk dilupakan.
Waktu itu, aku menonton bersama dengan teman-temanku. Meskipun berdesak-desakan, rasa penasaranku tidak bisa dibendung. Akhirnya, setelah bisa masuk ke dalam, aku bisa melihat bagaimana event SIPA itu digelar. Bertempat di Benteng Vastenburg, semakin menguatkan suasana tradisional yang anggun. Di sana aku bisa menikmati tarian-tarian dari Jepang, Cina, Korea, dan beberapa negara lain. Selain mengagumi tempat dan konsep pertunjukannya yang megah, aku juga menaruh kekaguman pada budaya negeri kita sendiri. Tarian-tarian dari negara kita tidaklah kalah dengan tarian negara lain. Bahkan menurutku lebih bagus. Ya, itu adalah pengakuan yang jujur dan bukan dibuat-buat.
Aku ingin bisa megikuti terus event budaya yang diadakan di kota ini. Aku ingin memamerkan kegiatan-kegiatan itu kepada teman, sahabat, orang tua, dan siapapun yang tak mengenal Kota Solo lebih dalam. Karena entah kenapa, ketika pulang ke Kediri dan ditanya tentang bagaimana tinggal di Kota Solo, aku merasa harus menceritakan kepada mereka tentang keunggulan, kemegahan, dan keagungan kota ini. Ada semacam perasaan tidak terima apabila ada orang yang meremehkan apa yang ada di sini. Tidak terima apabila kota ini dijuluki sebagai kota yang penuh dengan teroris, ataupun julukan-julukan lain. Dengan perasaan semacam itu, aku tidak bisa mengelak bahwa lama kelamaan Kota Bengawan ini seperti menjadi rumah kedua bagiku.
Harapanku untuk kegiatan-kegiatan budaya yang ada di sini bisa dipertahankan, dilestarikan, dan kalau perlu ditambah variasinya. Mengingat Kota Solo sendiri diusulkan menjadi bagian dari tujuh kota ajaib di dunia versi New 7 Wonders, tentunya kita tidak ingin apabila budaya yang dengan susah payah dibangun harus lenyap begitu saja. Sebagai pendatang, sekali lagi aku ikut bangga dan bahagia bisa menjadi salah satu keluarga besar dari warga Kota Bengawan. Biarlah apapun kata orang di luar sana tentang kota ini, yang penting mari kita tunjukkan bahwa Kota Solo adalah kota budaya yang dibalik kesederhanaanya ternyata menyimpan keagungan dan kemegahan. Solo Spirit of Java

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates