Harapan Bagi Kader Pemimpin Nasional
Undang – undang RI nomor 6 tahun
1974 tentang ketentuan – ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, misalnya,
merumuskan kesejahteraan Sosial sebagai:
Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman
lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan – kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial, yang
sebaik – baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi
hak – hak atau kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.
Pengertian kesejahteraan sosial juga
menunjuk pada segenap aktivitas pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan
sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung (Edi
Suharto, Ph.D.,2005). Akan tetapi, sekarang kita bisa melihat dan merasakan
sendiri bahwa kesejahteraan sosial di negeri ini masih sangat jauh untuk bisa
dikatakan layak. Bahkan, Indonesia masih
sangat tertinggal jauh dengan Amerika, Cina, Jepang, Singapura, dan berbagai
negara maju lainnya. Sekarang, misalnya saja Jepang. Setelah hancur akibat tragedi
bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat
untuk mampu bangkit dari segala keterpurukan. Entah itu keterpurukan dalam
bidang kesejahteraan sosial ataupun dalam bidang pertumbuhan ekonominya.
Sedangkan Indonesia? Kapan Indonesia akan bangkit?
Ketika sebelum krisis ekonomi
terjadi, kesejahteraan sosial di Indonesia bisa dibilang mengalami perkembangan
yang sangat signifikan. Menurut data yang dikumpulkan oleh Biro Pusat
Statistik, proporsi penduduk di bawah garis kemiskinan yang pada tahun 1978 mencapai
55% telah berhasil diturunkan secara signifikan sehingga pada tahun 1996 hanya
sebesar 11%. Akan tetapi, semua itu
berubah ketika terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997. Dengan pertumbuhan PDB
yang anjlok dari rata – rata sebesar 7% pada tahun 1996 menjadi pertumbuhan
negatif sebesar -14% pada tahun 1998.
Setelah terjadi krisis ekonomi
tersebut, bisa dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih belum
mengalami perkembangan yang signifikan. Dan keterpurukan ekonomi pada krisis
ekonomi tahun 1997 tersebut sangat berdampak terhadap kesejahteraan sosial
masyarakat Indonesia sampai saat ini. Sekarang, masih begitu banyak rakyat yang
berkubang dalam kemiskinan. Masih begitu banyak rakyat yang terkatung – katung
menunggu kejelasan nasibnya. Begitu banyak anak – anak yang tidak mendapatkan
pendidikan secara layak. Begitu banyak rakyat yang sulit untuk mendapatkan
pekerjaan.
Di tengah – tengah kesejahteraan
sosial masyarakat yang begitu rendah, di sisi lain kita bisa melihat bagaimana
para birokrat yang gila akan harta dan kekuasaan bersenang – senang dengan empuknya
kursi kekuasaan serta harta yang mereka miliki. Apa yang dirasakan oleh
bangsa Indonesia sekarang? Seberapa besar kerja keras mereka untuk menghidupi
keluarga mereka? Apakah tetesan keringat mereka cukup untuk membiayai
pendidikan anak –anak mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin saja tidak
terdengar atau bahkan hanya menyentuh
jidat para birokrat tersebut. Mungkin mereka berpikiran, untuk apa
memikirkan nasib orang lain jika nasib sendiri saja sudah mujur, untuk
apa menyia – nyiakan uang rakyat jika tidak untuk dimanfaatkan. Jika perilaku
para birokrat itu kita hubungkan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi di negeri
ini, mungkin kita bisa berpikiran bahwa bagaimana tidak kecil pertumbuhan
ekonominya, kalau setiap hari uang rakyat dimakan habis – habisan oleh para
tikus yang lapar akan harta dan materi tersebut.
Disamping itu, ketika para tikus itu
memakai pakaian dengan harga yang mahal, mobil yang mewah, atau bahkan memiliki
rumah yang megah sekalipun, apakah mereka tidak menyadari bahwa pakaian yang
mereka kenakan, mobil yang mereka naiki, rumah yang mereka tinggali itu
merupakan uang rakyat yang diperoleh dengan penuh perjuangan dan pengorbanan?
Negara Indonesia memang dikaruniai
kekayaan alam yang sangat melimpah. Baik dari perikanannya, pertaniannya,
pertambangannya, hutannya, bahkan berjuta – juta spesies baik flora maupun
fauna langka bisa ditemukan di Indonesia. Akan tetapi mengapa semua kekayaan alam itu tidak
diimbangi dengan kekayaan moral para pejabatnya? Ketika kekayaan alam kita
semakin hari semakin punah, tetapi mengapa kekayaan hasil korupsi justru tumbuh
dengan subur di negeri ini? Sekali lagi, itulah Indonesia. Kekayaan alam
melimpah tapi kemiskinan tumbuh dimana – mana. Sumber daya alam yang langka
begitu banyak di negeri ini, tapi sumber daya manusia yang berkualitas justru
langka ditemukan.
Jika ditanya tentang motif para
birokrat yang gila akan harta dan kekuasaan itu begitu tega memakan uang
rakyat, pasti akan muncul berbagai macam alasan.Tapi yang jelas, dengan alasan
apapun, perbuatan mereka adalah perbuatan yang benar – benar sangat
disayangkan. Sangat disayangkan karena, mereka menggunakan kepintaran mereka
bukannya untuk mensejahterakan rakyat tapi justru untuk membuat rakyatnya
menderita. Untuk apa para birokrat itu memiliki pendidikan yang tinggi, bahkan
sampai ke luar negeri, jika ilmunya hanya untuk membuat rakyat sengsara. Untuk
apa mereka memiliki begitu banyak harta, memiliki jabatan yang tinggi jika
rakyatnya hidup serba kekurangan. Apaka para birokrat itu tidak memiliki hati
nurani melihat berbagai realita kehidupan rakyat yang sudah nampak jelas di
depan mata mereka? Apakah hati nurani mereka sudah buta akan harta, materi, dan
kekuasaan? Kenapa negara lain bisa disegani karena kredibilitasnya sedangkan
Indonesia justru disegani karena korupsinya?
Saat ini, rakyat tidak hanya
membutuhkan sosok pemimpin yang pintar. Percuma saja pemimpin itu pintar dan memiliki
ilmu pengetahuan yang luas kalau mereka menggunakan kepintaranya itu hanya
untuk menindas rakyat. Rakyat tidak hanya membutuhkan sosok pemimpin yang suka
mengobral janji. Percuma saja, jika pemimpin itu memiliki janji yang begitu
banyak tapi sampai sekarang tidak ada
satupun yang mereka tepati. Rakyat tidak
hanya membutuhkan sosok pemimpin yang memilik wibawa tinggi. Percuma saja jika
pemimpin itu meimiliki wibawa tinggi, kalau dibalik kewibawaannya itu tersimpan
keinginan untuk memakan uang rakyat. Rakyat tidak hanya membutuhkan sosok pemimpin
yang pandai berbicara. Percuma saja, jika pemimpin itu memiliki kepandaian
berbicara, kalau bicaranya itu hanya manis di mulut saja dan tidak ada
realisasinya.
Di dalam keterpurukan seperti ini, rakyat
membutuhkan bukti, bukti, dan bukti dari berbagai janji yang telah didengung –
dengungkan oleh para birokrat. Rakyat membutuhkan sosok pemimpin yang mampu
mengayomi rakyatnya. Pemimpin yang tidak hanya duduk di kursi singgasana mereka
ketika melihat rakyatnya berkubang di tengah kemiskinan. Pemimpin yang memberikan
rasa aman bagi rakyat dan bukan membuat gelisah karena tingkah laku mereka. Pemimpin
yang mensejahterakan rakyatnya, dan bukan mensejahterakan dirinya sendiri. Pemimpin
yang sigap dalam menangani berbagai persoalan dan bukan bersembunyi di balik
kekuasaan yang mereka miliki.
Dengan demikian, untuk mencetak
pemimpin yang ideal guna mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat dan
memberantas adanya tindak penyelewengan kekuasaan seperti yang telah diuraikan
di atas, maka dibutuhkan kaderisasi pemimpin nasional yang handal. Kaderisasi
itu bisa dimulai dari masing – masing partai politik yang merupakan salah satu
alur birokrasi, untuk mencetak pemimpin baru. Akan tetapi, kaderisasi yang
terjadi di dalam partai politik itu sendiri dinilai telah gagal. Dan kegagalan
itu berasal dari partai – partai yang besar. Seperti Partai Demokrat Atau
Partai Golkar. Salah satu indikator kegagalan itu dilihat dari banyaknya kader
dari partai – partai tersebut yang dijebloskan ke penjara akibat tindak pidana
korupsi yang mereka lakukan. Sedangkan kegagalan itu diakibatkan oleh
sedikitnya kader partai politik yang memiliki pemahaman ideologi secara
tegas dan konsisten terhadap ideologi kepartaian.
Oleh karena itu, diharapkan dari
masing – masing partai politik untuk bisa menetapkan mekanisme yang paling
efektif baik di internal partai maupun di eksternal partai guna mencetak kader
pemimpin yang handal, jujur, dan tentunya mampu untuk mensejahterakan rakyat.
0 komentar:
Posting Komentar