PADI TVRI (PERSEMBAHAN ANAK-ANAK DIFABEL INDONESIA MELALUI TELEVISI REPUBLIK INDONESIA)
Dedikasi untuk Anak-anak Difabel di Seluruh Indonesia
Identifikasi
dan Analisa Permasalahan:
Kelompok difabel atau mereka yang
memiliki disabilitas fisik tertentu merupakan kelompok yang saat ini kurang
mendapatkan perhatian di Indonesia. Meskipun beberapa kali disoroti melalui
program-program yang digagas oleh pemerintah maupun awak media, keberadaan
anak-anak difabel dirasa masih kurang diindahkan oleh masyarakat luas. Labelling atau pemberian cap buruk dari
masyarakat, serta kurangnya uluran tangan dari pemerintah dalam memperlakukan
kelompok tersebut telah menyebabkan tersisihnya kelompok ini dari pergaulan
masyarakat.
Dewasa ini, masyarakat sering kali
memandang kelompok difabel dengan sebelah mata. Bagi mereka, ketidakmampuan
kelompok tersebut menjadikan mereka lebih rendah dari masyarakat yang tidak
memiliki disabilitas dalam kondisi fisik. Bahkan Ciptono, dkk, menyatakan bahwa
anak berkebutuhan khusus kerap dianggap “aib”, lantas disembunyikan. Mereka
seharusnya diberi kesempatan layaknya anak normal, yang kehadirannya dalam
keluarga disambut dengan riang gembira. Anak berkebutuhan khusus tidak tahu dan
tidak berharap lahir dalam keadaan tidak sempurna. Entah lahir sebagai
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, tunaganda, maupun
autis, anak-anak itu tidak dapat memilih. Seandainya diperbolehkan setiap anak
akan memilih punya kecerdasan seperti Habibie, kecantikan seperti Tamara
Blezinsky, ketampanan seperti Anjasmara, akhlak seperti Ustadz Mansyur, dan
badan kuat seperti Ade Rai. Sayang anak-anak yang lahir tidak dapat memilih,
mereka hanya bisa menerima dan tidak dapat mengindar[1].
Cara pandang masyarakat luas
terhadap kelompok difabel ini pun tak urung menyebabkan kelompok difabel merasa
tidak dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar mereka.
Utamanya bagi anak-anak difabel, bila sejak awal telah mendapatkan label buruk
dari masyarakat di sekitarnya, tentu mereka akan kesulitan dalam
mengekspresikan minat, bakat dan kreativitas yang terpendam dalam diri mereka.
Di samping itu, pemerintah Indonesia pun belum memberikan kepedulian yang cukup
bagi kelompok yang seolah terpinggirkan ini.
Perlu diketahui, jumlah penderita
difabel di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kementerian
Kesehatan Nasional (Kemenkes) menyebutkan bahwa penderita difabel pada tahun
2011 telah mencapai 6,7 juta jiwa. Sedangkan menurut data yang dilansir dari World Health Organization (WHO), jumlah
penderita difabel di Indonesia telah melebihi angka 10 juta jiwa.[2]
Jumlah ini tentu saja menuntut pemerintah dan masyarakat untuk lebih memberikan
perhatian kepada kelompok difabel.
Berangkat dari permasalahan ini,
kami berpikir bahwa pemerintah dan awak media perlu bekerja sama dalam mengubah
stereotype yang ditekankan oleh
masyarakat luas terhadap ketidakmampuan kaum difabel. Kerja sama yang dapat
dilakukan oleh kedua pihak ini, misalnya, mengadakan dan menyiarkan program
televisi yang menampilkan minat, bakat dan kreasi anak-anak difabel.
Program-program yang penulis maksud merupakan ajang pentas anak-anak difabel
yang harus memperhatikan satu aspek penting berkaitan dengan tidak adanya unsur
eksploitasi anak. Program-program semacam ini akan mengubah masyarakat luas
untuk lebih menghargai anak-anak difabel di sekitar mereka. Adanya campur
tangan pemerintah, tak pelak turut meningkatkan kepercayaan diri kelompok
difabel bahwa mereka bukanlah kelompok yang terpinggirkan.
Solusi
Inovasi:
Solusi yang kami tawarkan atas permasalahan
kurangnya wadah bagi anak-anak difabel untuk menyalurkan bakat, minat, dan
kreasi mereka adalah dengan memanfaatkan media televisi publik milik pemerintah,
yakni TVRI (Televisi Republik Indonesia). Kami mengusulkan diadakannya sebuah
program tayangan yang rutin, menyeluruh, dan secara khusus menampilkan minat,
bakat dan kreasi anak-anak difabel di masing-masing provinsi yang kemudian
diberi nama “Persembahan Anak Bangsa”. Oleh karena di masing-masing provinsi sudah ada TVRI daerah terkecuali
Sulawesi Barat dan 2 provinsi lain yang tidak ada cabangnya, program ini akan
lebih menyeluruh dalam menjaring anak-anak difabel yang sebenarnya mememiliki
bakat atau keahlian dalam membuat sesuatu namun belum diekspos oleh media.
Sebelumnya, memang sudah ada beberapa
program televisi yang menyoroti anak difabel seperti program “Kick Andy Show” yang pernah mengundang anak
difabel, program acara Hitam Putih” yang pernah mengundang wanita
penyandang cacat, dan beberapa program televisi lainnya. Namun, kami merasa
bahwa program-program tersebut kurang berjalan secara efektif, rutin, dan
menyeluruh. Acara talk show Kick Andy, misalnya, pernah menghadirkan anak difabel
sebagai bintang tamu. Acara tersebut mengundang anak difabel hanya dalam beberapa
kesempatan saja, tidak dilakukan secara rutin. Anak-anak difabel itu pun hanya
berasal dari sebagian daerah saja, tidak menyeluruh.
Detail
Rencana Program “Persembahan Anak Bangsa”:
Secara
detail, bentuk program yang kami tawarkan sebagai solusi adalah sebagai berikut:
1.
Program ini
hampir sama dengan program “Indonesia Mencari Bakat” yang disiarkan oleh
TransTV. Hanya saja, yang membedakan kedua acara di sini adalah dari peserta dan
juga sistem penampilannya. Program ini nantinya akan diikuti oleh anak-anak
difabel di masing-masing provinsi dan tidak menggunakan sistem juara. Hal ini
karena bila sistem juara itu diterapkan, maka kami khawatir psikologis peserta
akan terganggu. Program ini dibuat bukan untuk melihat bakat atau kreasi mana
yang lebih bagus, melainkan sebagai wadah bagi anak-anak difabel untuk
menyalurkan bakat, minat, dan kreasi mereka tanpa harus diseleksi atau dipilih
siapa yang terbaik.
2.
Masalah teknis
penayangan, kami akan mengimbau pihak TVRI pusat untuk menjadikan ide ini sebagai
program tayangan yang harus ada baik di TVRI pusat sendiri maupun di TVRI
provinsi. Dengan begitu, cakupan wilayah untuk merekrut anak-anak difabel dalam
menyalurkan bakat, minat dan juga kreasi mereka akan lebih luas.
3.
Waktu
penayangan program ini adalah rutin satu minggu sekali. Soal bentuk
penayangannya seperti apa, apakah ingin dibuat seperti “Indonesia Mencari Bakat”,
ataukah dalam bentuk video, talk show
dan lain-lain, kami serahkan kepada pihak tim kreatif dari masing-masing TVRI
provinsi. Dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan bahwa masing-masing TVRI
provinsi akan memiliki bentuk penayangan yang berbeda. Serta tak lupa, yang
perlu kami tekankan di sini adalah program ini tidak hanya menampilkan bakat
atau skill dari anak-anak difabel yang ada di setiap provinsi, tetapi
juga menayangkan kreasi mereka dalam menciptakan karya, seperti keahlian
membuat lukisan, memasak, menulis, menjahit dan lain-lain.
4.
Program ini
bisa ditayangkan dalam beberapa minggu untuk anak-anak difabel yang ada di
daerah X, provinsi Y, kemudian beberapa minggu ke depan adalah waktunya untuk
daerah Z, provinsi Y, begitu juga seterusnya. Sehingga bisa menyeluruh dan
rutin dilaksanakan.
Alasan
memilih program “Persembahan Anak Bangsa”:
Solusi yang kami tawarkan ini pada
dasarnya memiliki beberapa alasan. Pertama, media televisi merupakan
salah satu media komunikasi massa yang bisa dikonsumsi oleh khalayak dalam
jumlah massif. Ditambah lagi, televisi merupakan media komunikasi massa yang berbentuk
audio visual sehingga semakin menarik penonton untuk melihatnya. Dengan
memanfaatkan media televisi khususnya TVRI, maka kami mengharapkan minat,
bakat, atau kreasi dari anak-anak difabel bisa dikonsumsi secara massif oleh
khalayak dan mampu mengubah cara pikir atau cara pandang beberapa orang yang
masih menganggap remeh keberadaan dari anak-anak difabel itu.
Kedua, sebagai media publik milik pemerintah, TVRI merupakan media yang
tidak berbasis profit. Karena tujuan dari program tampilan bakat, minat, serta
kreasi dari anak-anak difabel ini bukanlah untuk mengeksploitasi mereka,
melainkan sebagai wadah edukasi dan juga informasi kepada anak-anak difabel itu
sendiri maupun bagi masyarakat, maka program tersebut dirasa cocok untuk
ditayangkan melalui media publik yang tidak profit oriented.
Ketiga, anak-anak difabel di Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan
sebagaimana mestinya masih sangatlah banyak. Ditambah dengan media yang bisa
dikatakan jarang untuk mengekspos masalah itu dan belum secara menyeluruh serta
rutin dalam menampilkan bakat atau keahlian yang dimiliki oleh anak-anak
difabel.
Analisa Dampak bagi Masyarakat dan
Pemerintah:
Kehadiran program yang kami tawarkan
sebagai solusi terpinggirkannya kelompok difabel akan menjadi tayangan yang
berbeda bagi masyarakat Indonesia. Kami menyadari, bahwa tayangan-tayangan di
televisi Indonesia sekarang ini lebih didominasi oleh tayangan hiburan yang
klise dan tidak menanamkan nilai serta moral bagi pemirsanya. Sinetron, film
televisi, program hiburan yang saling mencelakai dan mencemooh
antarpresenternya, reality show yang
tidak riil, dan tayangan hiburan lainnya telah membuat masyarakat jenuh dan
enggan untuk menggunakan media.
Berbeda dari tayangan hiburan yang
telah disebutkan sebelumnya, program yang kami tawarkan akan membuka mata
masyarakat atas apa yang sebelumnya tidak mereka pedulikan. Tayangan yang
menampilkan bakat, minat dan kreasi anak-anak difabel tanpa unsur eksploitasi
akan membuktikan kepada masyarakat luas bahwa eksistensi anak-anak difabel
tidak sesuai dengan pandangan negatif mereka. Masyarakat luas akan berpikir
ulang tentang label yang mereka berikan kepada anak-anak difabel. Stereotype yang merendahkan anak-anak
difabel akan tergantikan oleh pandangan bahwa anak-anak difabel pun memiliki
kemampuan yang tidak dapat diremehkan terlepas dari keterbatasan yang mereka
miliki.
Terwujudnya kerja sama antara
pemerintah dan awak media melalui TVRI, kami harap dapat mencapai tujuan yang
kami canangkan sebelumnya. TVRI, sebagai stasiun televisi milik pemerintah yang
berada di setiap daerah kota dan provinsi, dapat merangkul masyarakat daerah
secara lebih erat. Keberadaan stasiun televisi di setiap daerah ini nantinya
akan mempermudah penggagas program untuk mendekati anak-anak difabel di seluruh
daerah Indonesia.
Analisis
Keberhasilan Program “Persembahan Anak Bangsa”:
Kami
memperkirakan keberhasilan dari program ini adalah sebagai berikut:
1.
Dalam hal
penayangan, program ini akan mendapatkan respon positif dari masyarakat karena
mengedepankan bakat dan juga kreasi dari anak-anak difabel yang sekarang ini
tidak banyak diekspos oleh media lain. Bisa dikatakan program ini berbeda dari
program-program yang ada di media lain.
2.
Meskipun
menurut kami sekarang ini TVRI kalah saing dengan televisi-televisi swasta,
namun setidaknya dengan adanya program tampilan bakat dan juga kreasi dari
anak-anak difabel secara rutin dan menyeluruh di setiap provinsi, akan
memberikan efek psikologis yang positif bagi anak-anak difabel itu sendiri.
Anak difabel yang semula merasa minder atau takut untuk lebih mengembangkan
bakat atau kreasi mereka, akan lebih membuka diri dan bersemangat untuk maju
setelah menonton tayangan tersebut.
3.
Dengan adanya
cabang dari TVRI pusat di setiap provinsi, maka untuk menampilkan bakat dan
juga kreasi dari anak-anak difabel bisa dilakukan secara menyeluruh. Tidak
hanya pada daerah tertentu saja. Apalagi program ini ditayangkan secara rutin.
Sehingga dengan begitu, maka beberapa minggu penayangan bisa digunakan untuk
tampilan dari anak-anak difabel yang ada di daerah X, provinsi Y, kemudian
beberapa minggu selanjutnya adalah tampilan dari anak-anak di daerah Z,
provinsi Y, dan seterusnya.
4.
Anak-anak
difabel yang belum mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya, melalui program
tampilan bakat dan juga kreasi tersebut, mereka akan memperoleh pendidikan
secara informal. Dan itu penting. Karena kesuksesan seseorang tidaklah
semata-mata disebabkan karena kemampuan akademisnya, melainkan juga oleh bakat
atau keahlian yang dmilikinya.
[1]
Ciptono, dkk, Guru Luar Biasa, cetakan pertama, Juli 2009, PT
Bentang Pustaka, Yogyakarta, hlm. 141.
0 komentar:
Posting Komentar